Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Perjalanan 376 Kilometer Pasukan FPU Indonesia di Afrika

 

Pasukan Formed Police Unit (FPU) 4 Indonesia di Afrika Tengah mendapatkan misi khusus dari United Nation (UN) selama melaksanakan misi perdamaian. Mereka mendapatkan order dari PBB untuk mengamankan aset FPU Kongo di Bambari, salah satu kota di Afrika Tengah.

Sebagai informasi, FPU 4 Indonesia sendiri menjalankan misi perdamaian di Kota Bangui, Afrika Tengah. Namun, pada 6 September 2023 lalu, pasukan dari pleton special weapon and tactical (SWAT) mendapatkan tugas dari PBB untuk mengamankan aset FPU Kongo di Bambari karena mereka tengah melaksanakan rotasi personel.


Bambari sendiri berjarak sekitar 376 kilometer dari Kota Bangui, dengan perjalanan darat melalui Sibut dan Grimari. Perjalanan yang ditempuh oleh 30 personel ini tidaklah mudah, mengingat kondisi medan di Afrika Tengah yang belum beraspal.


"Perjalanannya itu kurang lebih sekitar 376 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 3 hari 2 malam," kata Danton SWAT Kompol Abdul Rahman saat berbincang dengan detikcom di Camp Garuda FPU Indonesia, Bangui, Afrika Tengah, Jumat (8/9/2023).


Total ada 30 personel yang dikirim ke Bambari, terdiri dari 25 personel SWAT, dan 5 personel support (mekanik, paramedik dan manase atau koki). 30 Personel tersebut berangkat melalui jalur darat dengan 7 kendaraan terdiri dari 1 unit LC Jeep, 2 unit armoured personnel carrier (APC), 3 unit truk kraz, dan 1 unit ambulans.


Perjalanan dari Bangui ke Bambari memakan waktu lama karena kondisi jalanan yang belum diaspal dan berlubang. Kendaraan pun hanya bisa melaju dengan kecepatan sekitar 20-30 kilometer per jam dengan kondisi medan yang berlumpur dan berlubang.


Selama perjalanan ke Bambari, personel beberapa kali berhenti di tengah perjalanan untuk istirahat. Mereka juga harus melewati beberapa check point yang dijaga oleh angkatan bersenjata Afrika Tengah atau Forces Armées Centrafricaines (FACA), paramiliter Gendarmerie, hingga kepolisian nasional Afrika Tengah (Surete Nationale).



"Ada check point-check point oleh FACA, Gendarmerie dan polisi di sana, tetapi mereka kalau sama PBB sudah biasa, tidak ada masalah. Check point di sana itu untuk memeriksa kendaraan sipil yang mengangkut barang biasanya," kata Abdul Rohman.


Beruntungnya, selama perjalanan dari Bangui ke Bambari, personel FPU Indonesia dalam kondisi aman namun tetap dalam kondisi siaga. Situasi di Afrika Tengah pasca-referendum tidak bisa diprediksi, karena sewaktu-waktu bisa saja terjadi penyerangan oleh pemberontak.


"Tapi selama kami di perjalanan tidak ada masalah. Memang sempat tentara Burundi di-ambush saat patroli oleh pemberontak di Sibut (kota di Afrika Tengah), dua orang terluka sehingga harus direpatriasi. Syukur alhamdulillah kami tidak ada masalah selama di perjalanan," katanya.


Setelah perjalanan selama 3 hari 2 malam, personel SWAT FPU Indonesia dan tim support akhirnya tiba di Camp FPU Kongo di Bambari. Tugas FPU Indonesia sendiri saat itu adalah mengamankan aset-aset FPU Kongo selama mereka melaksanakan rotasi personel. FPU Kongo sendiri memiliki 2 camp yakni camp lama dan camp baru, yang mana camp mereka ini 'dikelilingi' oleh para pengungsi.


"Mereka kan sedang ada rotasi dari pasukan lama ke pasukan baru, sehingga kami diberikan order oleh MINUSCA untuk menjaga aset mereka. Sama halnya ketika nanti kita rotasi personel FPU 4 ke FPU 5, negara tetangga kita akan memberikan bantuan penjagaan aset di camp kita," tuturnya.


Mereka disambut oleh liaison office (LO) MINUSCA United Nation (UN). Misi yang dilaksanakan oleh FPU Indonesia ini mendapatkan apresiasi dari Komandan Kontingen FPU Kongo.


Dan bertepatan di HUT Bhayangkara ke-77 yang lalu, Komandan Kontingen FPU 9 Kongo juga memberikan selamat dan menyematkan pangkat satu tingkat lebih tinggi kepada Iptu Fauzan (Danru 2 Sierra).


Salah satu hambatan yang dirasakan pasukan FPU Indonesia saat itu adanya kendaraan yang rusak. Salah satunya unit APC yang mengalami mogok ketika berada di Grimari, Afrika Tengah.


Salah satu personel mekanik, Bripka Antoni Joko yang ikut dalam misi tersebut, menyampaikan 1 unit APC dan LC Jeep rusak di perjalanan.


"Karena jalannya rusak dan kendaraan kita ada trouble saat itu," kata Antoni.


Sebagai mekanik, Antoni dan satu orang kawannya memperbaiki kendaraan tersebut. Mereka berhenti di camp UN yang ada di sekitar lokasi selama perbaikan kendaraan tersebut.


"Yang rusak APC dan LC karena kerenam air, jadi accu-nya nggak ngecas. Di situ kita akalin, alhamdulillah bisa diperbaiki," kata Antoni.


Namun, kendala tersebut akhirnya berhasil diatasi oleh personel, sehingga mereka bisa melanjutkan kembali perjalanannya ke Bambari. Setelah satu bulan di Camp Kongo, mereka kemudian kembali ke Camp Garuda di Bangui.


"Ini jadi pengalaman yang tidak bisa saya lupakan, karena perjalanan yang berat dan sangat jauh tetapi berhasil kami lewati," tutur Antoni.

Post a Comment for "Cerita Perjalanan 376 Kilometer Pasukan FPU Indonesia di Afrika"