Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Polusi Udara DKI Bukan Lagi Berbahaya tapi Sudah Level Krisis





Polusi Udara DKI Bukan Lagi Berbahaya tapi Sudah Level Krisis 


Kondisi kualitas udara yang buruk di kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya kini menjadi sorotan banyak pihak, tak terkecuali praktisi kesehatan yang khawatir perihal risiko penyakit pernapasan pada masyarakat.

Beberapa waktu lalu, muncul kabar Presiden RI Joko Widodo batuk-batuk selama empat minggu, disebut gegara terpapar polusi udara. Hal ini disoroti oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena. Baginya, kondisi ini mencerminkan situasi polusi udara Jakarta yang sudah memasuki level kritis.

"Pak Jokowi sendiri menjadi salah satu korbannya. Pak Jokowi Presiden Republik Indonesia mengatakan bahwa termasuk juga yang terdampak polusi udara. Bayangkan sekelas presiden yang seharusnya mendapatkan perlindungan maksimal pun kena, apalagi kita rakyat biasa ini," ungkapnya dalam konferensi pers, Kamis (31/8/2023).

"Ini mengindikasikan bahwa polusi udara ini sudah pada tingkat yang bukan lagi berbahaya, tapi sudah kategori kritis. Ini sudah bukan main-main karena sekelas presiden sudah mengingatkan, berarti memang persoalan ini sudah sangat serius," sambung Melki.

Dalam kesempatan tersebut juga, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut ada enam penyakit yang diwaspadai oleh pihaknya sebagai efek dari polusi udara Jabodetabek beberapa hari terakhir. Tiga di antaranya yakni pneumonia atau infeksi di dalam paru, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas), dan asma.

"Jangka waktu panjang keterpaparan terhadap polutan-polutan ini tentunya ada tiga penyakit lagi yang kita lihat terbanyak. Pertama adalah kanker paru, TBC, dan penyakit paru obstruktif kronik," beber dr Nadia.

Post a Comment for "Polusi Udara DKI Bukan Lagi Berbahaya tapi Sudah Level Krisis "