Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Para Pelacur Online di Pulau Dewata

 

Cahaya, bukan nama sebenarnya, menanti di depan pintu kamarnya di sebuah hotel kecil di Kuta Utara, Badung, Bali. Rambut perempuan berusia 19 tahun itu tergerai Selasa, (10/1/2023).


Senyum Cahaya mengembang lalu mempersilakan duduk. Perempuan asal Tabanan, Bali, itu mengenakan daster hitam bermotif kembang.


"Jadi kalau ketemu tamu itu ya seperti ini. Tidak boleh judes, lah," kata Cahaya mengawali percakapan saat itu.


Cahaya merupakan pekerja seks komersial (PSK) online, terhubung aplikasi MiChat. Dia terjun ke bisnis prostitusi daring sejak usia 17 tahun. Tarif sekali kencan atau hingga tamu orgasme ialah Rp 600 ribu.


Prostitusi online tengah menjadi sorotan. Seorang PSK daring berbasis aplikasi MiChat bernama Aluna Sagita mati dibunuh di kosnya di Griya Sambora, Denpasar, Bali.


Jasad perempuan berusia 26 tahun itu ditemukan dalam keadaan telanjang dan leher terikat kabel rol pada Sabtu (31/1/2022). Dua hari kemudian Polresta Denpasar menangkap pembunuhnya Aryo Puspo Buwono di sebuah kosan di Jalan Serma Gede, Kota Denpasar.


Polresta Denpasar juga menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus prostitusi online. Penetapan tersangka itu tak terlepas dari pengembangan kasus pembunuhan Aluna Sagita. Para tersangka itu diduga menjadi operator dalam bisnis esek-esek itu.


Untuk menarik para pria, Cahaya kerap mencantumkan petunjuk di akun MiChat miliknya. Kode yang dipasang antara lain, "cari cuan" dan "memuaskan". Saat ada tamu yang menghubunginya melalui aplikasi perpesanan itu ia akan membalasnya dengan kata fullser alias full service yang artinya layanan penuh selama berhubungan intim.


Cahaya melayani tamunya di sebuah hotel kecil. Para pria hidung belang itu bisa langsung menuju kamar kembang latar itu setelah menyepakati tarif dan jadwal berhubungan intim.


Cahaya bisa melayani empat hingga enam pria dalam sehari. Mereka wajib membayar tunai sebelum berhubungan intim.


Sejumlah pria hidung belang pun menjadi pelanggan setia Cahaya. Mereka bisa langsung menghubungi Cahaya ke nomor telepon genggamnya saat ingin berhubungan seksual.


Tidak saja pria lokal, Cahaya juga menerima warga negara asing (WNA). Tak sulit bagi perempuan berkulit sawo matang ini untuk berkomunikasi dengan WNA karena ia pernah bekerja di sebuah restoran yang tamunya ialah orang asing.


Post a Comment for "Kisah Para Pelacur Online di Pulau Dewata"